Adat Pernikahan Betawi yang Masih Lestari Hingga Kini

Adat betawi

Setiap pernikahan selalu punya cerita. Ada tawa, haru, dan doa yang mengalir di dalamnya. Begitu juga dengan pernikahan Betawi. Kalau Anda pernah hadir di wedding khas Suku Betawi, pasti terasa suasananya yang heboh tapi hangat, penuh canda, pantun, dan silat yang bikin tamu terhibur.

Di balik semua keriuhan itu, ternyata ada filosofi yang dalam. Tradisi pernikahan Betawi bukan hanya pesta, tapi juga perjalanan spiritual dan budaya yang masih lestari hingga hari ini.

Kenapa Pernikahan Betawi Begitu Menarik?

Orang Betawi percaya bahwa pernikahan adalah penyatuan dua keluarga, bukan sekadar dua orang. Itulah kenapa prosesi adat mereka selalu ramai—ada musik, ada tawa, dan ada simbol-simbol yang membuat setiap langkah terasa bermakna.

Uniknya, budaya Betawi ini terbentuk dari banyak pengaruh: Jawa, Arab, Tionghoa, hingga Belanda. Jadi, jangan heran kalau dalam satu wedding bisa Anda temukan nuansa yang kaya warna dan tak ada duanya.

Rangkaian Prosesi Pernikahan Adat Betawi

1. Masa Perkenalan: Ngedelengin dan Berukan

Sebelum melangkah ke jenjang pernikahan, pemuda-pemudi Betawi biasanya melewati masa berukan (pacaran). Kadang orangtua tahu, kadang juga tidak. Namun, restu orangtua tetap penting agar pernikahan dapat terlaksana.

Dulu, perkenalan tidak terjadi begitu saja. Ada peran Mak Comblang (encing/encang) yang mempertemukan kedua belah pihak. Istilah ngedelengin juga dikenal—sebuah cara menunjukkan ketertarikan, bahkan kadang ditandai dengan menggantung ikan bandeng di depan rumah si gadis.

2. Ngelamar

Tahap berikutnya adalah ngelamar, yaitu pernyataan resmi dari pihak pria kepada keluarga calon mempelai wanita. Dalam acara ini dibawa sirih lamaran, pisang raja, roti tawar, serta hadiah pelengkap.

Sebagai pengikat, diberikan tande putus berupa cincin belah rotan, tanda bahwa sang gadis sudah resmi dilamar dan tidak bisa diganggu pihak lain. Pada tahap ini juga dibicarakan mahar, biaya resepsi, pakaian adat, hingga jumlah undangan.

3. Pra-Akad: Persiapan

Sebelum akad nikah, ada beberapa prosesi penting:

  • Masa dipiare: calon pengantin wanita dirawat oleh tukang rias agar sehat dan cantik.

  • Pingitan & siraman: pengantin wanita dipingit, dilulur, lalu dimandikan dengan air bunga sebagai simbol penyucian diri.

  • Tangas: mandi uap dengan rempah agar tubuh segar dan wangi.

  • Ngerik & malam pacar: merapikan bulu halus serta mewarnai kuku dengan pacar sebagai tanda kesiapan menikah.

4. Akad Nikah dan Palang Pintu

Pada hari H, rombongan mempelai pria datang dengan meriah, membawa seserahan seperti roti buaya, mas kawin, hingga miniatur masjid berisi uang belanja.

Sebelum masuk rumah pengantin wanita, harus melalui Palang Pintu—adu pantun, silat, dan bacaan ayat suci. Baru setelah itu akad nikah berlangsung khidmat.

Busana adat pun mencuri perhatian: pengantin wanita memakai baju kurung dengan hiasan kembang goyang dan burung Hong, sedangkan pengantin pria mengenakan jas Rebet, sarung, hingga jubah Arab.

5. Pasca-Akad: Acare Negor dan Pulang Tige Ari

Tradisi belum selesai setelah akad. Ada Acare Negor, di mana pengantin pria boleh bermalam di rumah istrinya, tapi belum hidup bersama sepenuhnya. Untuk meluluhkan hati sang istri, biasanya diberikan “uang tegor” secara halus.

Beberapa hari kemudian, ada tradisi Pulang Tige Ari. Keluarga pengantin pria mengirim bahan makanan (seperti lakse penganten) sebagai tanda syukur karena mendapatkan menantu yang baik dan terjaga kesuciannya.

Menjaga Warisan, Membuat Pernikahan Lebih Bermakna

Tradisi pernikahan Betawi membuktikan bahwa pernikahan bukan sekadar pesta, melainkan perjalanan panjang penuh nilai. Dari ngedelengin hingga pulang tige ari, setiap tahap mengajarkan tentang kesopanan, kesabaran, dan kebersamaan.

Di era modern, banyak pasangan masih melestarikan prosesi ini, kadang dipadukan dengan konsep wedding kekinian. Hal ini menunjukkan bahwa budaya tetap bisa hidup berdampingan dengan zaman.

Apa yang Bisa Kita Ambil dari Wedding Betawi?

Pernikahan Betawi mengajarkan kita bahwa momen sakral ini bukan hanya tentang pesta mewah. Yang utama adalah kebersamaan, doa, dan rasa hormat pada orang tua.

Bahkan banyak pasangan modern yang kini menggabungkan adat Betawi dengan gaya kekinian. Misalnya, resepsi di ballroom hotel elegan tapi tetap ada palang pintu di awal acara. Perpaduan tradisi dan modernitas ini justru membuat wedding terasa lebih unik dan personal.

Pernikahan Lebih Indah Saat Ada Sentuhan Budaya

Setiap pernikahan adalah cerita sekali seumur hidup. Dan menghadirkan tradisi seperti Betawi bisa membuat cerita itu lebih dalam, lebih hangat, dan tak mudah dilupakan.

Kalau Anda sedang mempersiapkan pernikahan, mungkin ini saatnya menambahkan sedikit sentuhan budaya. Tidak harus semuanya, tapi cukup satu dua prosesi yang berarti. Percayalah, itu akan jadi kenangan indah, bukan hanya untuk Anda, tapi juga untuk semua yang hadir.

Ingin wujudin pernikahan impianmu? yuk konsultasikan dengan jasa wedding organizer kami